Pangalengan — Industri berbasis teknologi 4.0, kini sudah
diterapkan petani sayuran tomat dan timun dataran tinggi di Kecamatan
Pangalengan, Bandung. Kegiatan pertanaman tidak lagi dilakukan secara
manual, tetap sudah dikendalikan dengan menggunakan komputer.
“Iya ini menggunakan green house lengkap dengan sarana penunjangnya
untuk ditanam tomat beef, tomat cherry dan baby cucumber. Pertanaman
dikendalikan dengan komputer” ujar Co Founder Nudira Farm, Edi
Sugiyanto.
Masih pada kesempatan yang sama, Dirjen Hortikultura Kementan,
Suwandi mengatakan komoditas hortikultura termasuk sayuran ini,
investasi per hektarnya tinggi dan returnnya jauh lebih tinggi lagi.
Akan tetapi, dengan green house ini salah satu contoh budidaya tomat dan
timun dengan high technology
Nudira Farm menambahkan budidaya menggunakan green house ini salah satu contoh bertani berbasis teknologi 4.0. Proses produksi dikontrol dengan komputer.
“Mulai dari hulu, onfarm dan hilir didukung dengan komputerisasi.
Pasar pun sudsh bermitra dengan tiga trader dan masuk ke supermarket,
hotel dan restoran,” ujarnya.
Dirjen Hortikultura Kementan Suwandi menegaskan pola-pola dengan teknologi ini akan menjadi tren dan
favorit di masa depan khususnya bagi generasi muda yakni petani
milenial. Produknya disesuaikan selera pasar. “Bertani tidak perlu becek
becek di sawah. Budidaya sejenis ini diminati petani milenial kita,”
pungkasnya.
Wednesday, March 20, 2019
Tuesday, September 20, 2016
Lebih baik mana, EC atau TDS Meter untuk membantu mengukur nutrisi hidroponik
Perdebatan penggunaan EC dan TDS sudah berlangsung untuk waktu yang lama. Kedua pengukuran ini digunakan untuk menentukan kekuatan larutan pada nutrisi hidroponik. Meskipun kegiatan mereka dalam budidaya tanaman secara hidroponik, aquaponik dan aeroponik sangat tergantung dari pengukuran tersebut, tetapi seharusnya alat ini hanya digunakan sebagai pedoman saja dan Anda harus selalu mengikuti petunjuk pada label nutrisi hidroponik, atau konsultan hidroponik anda.
EC singkatan (Electrical Conductivity) Konduktivitas Listrik yang diukur dalam mS / cm atau millisiemens per sentimeter.
TDS singkatan Total Dissolved Solids dan diukur dalam PPM atau Part Per Million dan TDS diperoleh dengan mengambil nilai EC dan melakukan perhitungan untuk menentukan nilai TDS. Tetapi TDS sebenarnya hanya menebak perhitungan pada konsentrasi nutrisi. Dari semua itu, ada tiga faktor konversi yang berbeda untuk menentukan TDS dari produsen yang berbeda, dan menggunakan faktor konversi yang berbeda pula.
Dengan kata lain Anda bisa menguji solusi yang sama dengan dua alat meter yang berbeda dan mendapatkan dua hasil yang berbeda juga. Tapi dengan alat ukur EC meter, akan menghasilkan pembacaan yang sama oleh semua alat ukur EC meter, satu-satunya yang membedakan adalah faktor konversi.
Jadi sebaiknya bagaimana ? EC atau TDS
Pertama-tama mari kita bicara tentang
perbedaan dan persamaan antara EC dan TDS. Kita semua tahu bahwa kedua
alat tersebut untuk mengukur jumlah padatan terlarut dalam larutan
nutrisi Anda. Pengukuran ini digunakan oleh kita atau petani untuk
mendapatkan ide atau informasi dari berapa banyak keberadaan nutrisi
dalam larutan. Dengan mempertahankan atau mengatur tingkat kepekatan
nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman Anda akan mencapai hasil
yang maksimal. Ini semua terdengar sangat penting tetapi ada beberapa
perbedaan utama antara produsen alat ukur yang berbeda. Beberapa dari
Anda mungkin telah memperhatikan bahwa beberapa cairan kalibrasi yang
ditandai untuk membaca pada TDS tertentu dapat benar-benar membaca semua
alat ukur TDS yang berbeda beda. Di sinilah masalah dimulai.
Sayangnya banyak diantara kita telah menjadi sangat terbiasa
menggunakan skala TDS sementara di sebagian besar praktisi di Indonesia
dan negara-negara lain, termasuk Eropa, menggunakan EC meter. Faktanya
adalah bahwa TDS sebenarnya adalah hasil dari perhitungan dari EC.
Masalahnya adalah kurangnya konsistensi antara produsen alat tersebut
ketika memberikan informasi ke faktor konversi. disinilah banyak petani
seperti kita sedikit membingungkan. Kebanyakan produsen alat meter di
industri hidroponik menggunakan salah satu dari dua konversi. Ada yang
442 konversi (40% natrium sulfat, 40% natrium bikarbonat, dan 20%
natrium klorida). 442 konversi adalah sekitar 700 x EC di millisiemens
(mS). Lalu ada konversi NaCl (natrium klorida) yang ini banyak praktisi
hidroponik mengatakan yang paling dekat solusi hidroponik. Konversi
NaCl adalah sekitar 500 x EC dalam millisiemens (mS). Anda dapat melihat
di mana perbedaan konversi dari satu konversi ke satu lainnya yang
disebabkan penggunaan alat dengan produsen yang berbeda. Misalnya,
pengukuran larutan nutrisi yang sama akan membaca 2.100 ppm dari satu
alat lainnya akan membaca 1.500 ppm di sisi lain. Itulah perbedaan dari
600 ppm yang banyak seperti itu akan menghancurkan bisnis hidroponik
anda. Kedua alat ukur tersebut berfungsi dengan benar, tetapi mereka
hanya menghitung TDS yang menggunakan rumus yang berbeda. Jadi, jika
Anda tidak mengkalibrasi meter Anda menggunakan larutan kalibrasi yang
benar untuk alat ukur tersebut Anda tidak bisa memberikan pembacaan alat
yang sangat akurat.Solusinya sederhana, bagi pemula sebaiknya menggunakan EC. Dengan EC, tidak ada konversi yang diperlukan sehingga semua alat ukur EC meter akan membaca yang sama terlepas dari produsen berasal.
Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan beberapa contoh pengukuran alat ukur EC dan TDS Meter :
https://www.superproduk.com/blog/lebih-baik-mana-ec-atau-tds-meter-untuk-mengukur-nutrisi-hidroponik/
mS | µS | NaCl Conv. | 442 Conv. | ||
1.0 mS | 1000 µS | 500 ppm | 700 ppm | ||
1.5 mS | 1500 µS | 750 ppm | 1050 ppm | ||
2.0 mS | 2000 µS | 1000 ppm | 1400 ppm | ||
2.5 mS | 2500 µS | 1250 ppm | 1750 ppm | ||
3.0 mS | 3000 µS | 1500 ppm | 2100 ppm |
Thursday, February 4, 2016
Managemen Zone akar Tanaman Lettuce system Hidroponik (Floating Raft)
Mempertahankan suhu optimum, oksigen dan tingkat mikroba yang menguntungkan merupakan bagian integral dalam sistem hidroponik.
Pentingnya memberikan tingkat
kepekatan nutrisi (EC) dan tingkat pH dalam system hidroponik, tetapi jangan
mengabaikan menjaga tingkat suhu optimum, kebutuhan
oksigen dan mikroba dalam larutan nutrisi.
Karena pentingnya kebutuhan tersebut maka, suhu,
tingkat oksigen dan aktivitas mikroba didaerah
perakaran sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam sistem produksi tersebut. Ini dibutuhkan pengelolaan daerah
di sekitar akar yang
mengalami banyak aktivitas biologis dan kimia dan pengelolaan rhizosfer (lapisan sel akar & area di sekeliling akar) dan kondisi dalam larutan nutrisi sangat penting agar dapat menjaga
kesehatan tanaman
Menjaga suhu optimal akar
Selain
faktor iklim mikro didalam greenhouse agar di kelola dengan baik sesuai
pertumbuhan tanaman lettuce, kita juga harus mempertahankan
suhu optimum akar agar
dapat memiliki dampak yang lebih besar pada kesehatan dan produksi tanaman.
Jika suhu yang lebih tinggi
dalam zona akar maka tanaman akan kehilangan banyak energi, Suhu di zona akar terlalu tinggi
mempengaruhi integritas membran sel akar. Sebuah gangguan dari membran sel
mempengaruhi fungsi akar sehingga serapan hara kurang, dan ini akan
mempengaruhi siklus tanaman dan hasil.
Jika
suhu dalam zone akar
lebih rendah dari optimal, tanaman tumbuh lebih lambat karena metabolisme
mereka lebih lambat. Apalagi,
jika suhu sangat
rendah sampai beku
dan terjadi kristal es,
ini akan mengakibatkan kebocoran sel dan gangguan sel.
Saat
ini pengalaman saya suhu larutan nutrisi memeiliki efek yang lebih besar
daripada suhu udara, Tanaman Lettuce dengan suhu udara berkisar 15 ºC -31 ºC dan memiliki suhu didalam
larutan nutrisi yang konsisten dari 22 ºC -24 ºC, menghasilkan produksi Lettuce
yang sangat optimal, baik ukuran, berat dan kualitas produksinya.
Pada
suhu udara di greenhouse yang tinggi, seperti berkisar 33 ºC -36 ºC, bahkan seringkali ssampai
dengan suhu 38 ºC,
dan kita bisa mengeloa suhu didalam larutan nutrisi 23 ºC -25 ºC, tanaman Lettuce masih
menghasilkan produksi Lettuce yang baik dan berkualitas.
Menjaga tingkat oksigen yang cukup
Oksigen
dibutuhkan dan dijaga kestabilannya tidak hanya diruangan greenhouse, tetapi
juga didalam larutan nutrusi hidroponik, sehingga sehingga
respirasi dapat terjadi pada akar.
Ketika kadar oksigen yang
rendah di zona akar, akar tidak mengambil nutrisi yang diperlukan untuk
pertumbuhan. Kadar
oksigen yang rendah
menyebabkan peningkatan produksi etilen di akar. Jika ada tingkat etilen tinggi
di akar maka akar mulai lebam dan
mati. Semakin banyak oksigen hadir, semakin baik serapan hara dan lebih baik bagi sistem
akar.
Jika suhu zona akar adalah
tinggi, maka tingkat oksigen akan turun Ini adalah alasan lain mengapa suhu di zona akar
sangat penting. Tingkat oksigen
yang optimal harus lebih besar atau sama dengan 6 bagian per
juta oksigen terlarut di zona akar. Tanaman harus mampu mengelola 6-10 ppm
tanpa masalah.
Pada
hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) biasanya
tidak perlu melakukan jenis aerasi. Gerakan yang disebabkan oleh aliran air
biasanya cukup untuk menjaga tingkat oksigen yang cukup tinggi dalam larutan.
Sedangkan
pada hidroponik yang menggunakan Floating Raft (rakit apung) biasanya
menggabungkan beberapa jenis sistem untuk
menghasilkan oksigen,
baik design Styrofoam maupun design aliran suplay larutan nutrisi ke daerah
perakaran. Salah itu
adalah mengaerasi air di mana udara dipompa ke dalam air. Sebab di air tidak
oksigen murni, tapi mengandung cukup oksigen untuk apa yang dibutuhkan dalam
larutan hidroponik.
Kegunaan
mempertahankan tingkat oksigen adalah dapat mempengaruhi jumlah zoospore jamur
pathogen (Phytophthora, Pythium, basicola Thielaviopsis dan
Xanthomonas). Jika
terdapat lebih
banyak oksigen, maka zoospora tidak bertahan juga. Ketika ada kadar oksigen rendah tanaman yang tidak sehat
dan lebih zoospora cenderung untuk bertahan hidup. Ini adalah salah satu alasan
mengapa ada cenderung masalah penyakit lebih banyak terjadi selama musim
panas daripada selama musim hujan
atau musim dingin
Selama kita menjaga
parameter lain pada tingkat optimal, termasuk suhu akar, pH, nutrisi dan kadar
oksigen,biasanya tidak masalah dengan penyakit. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi jika tanaman yang
ditanam di substrat
(media tanam). Mikroba membangun secara alami di dalam air seperti di
substrat (media
tanam).
Saat
ini pengalaman saya dengan tingat oksigen antara 7-9 mg/L (Dissolved
Oxygen Meter/DO Meter) termasuk zone yang optimal untuk kosentrasi oksigen
di daerah perakaran.
Friday, July 6, 2012
Organik hidroponik, kenapa tidak ?
Greenhouse organik
hortikultura didefinisikan oleh The
International Society for Horticultural Science (ISHS) sebagai produksi tanaman hortikultura
organik (sayuran, tanaman hias dan buah-buahan) menggunakan input berasal hanya
dari sumber alami, non-kimia, dengan pengelolaan iklim mikro didalam
greenhouse.
Di seluruh dunia, sebagian
besar greenhouse, atau sering disebut rumah tanaman, tetap menggunakan tanah
sebagai media tumbuh, tetapi di
negara-negara maju, seperti di Eropa, Amerika Utara dan Australia, greenhouse
dengan sistem hidroponik sangat mendominasi.
Di negara-negara maju di awal
tahun 1960, muali pindah ke greenhouse dalam produksi sayuran, yang
dikombinasikan dengan peningkatan kontrol lingkungan greenhouse, hali ini telah
mengakibatkan banyak peningkatan produktivitas dibandingkan dengan sistem
berbasis media tanah. Data yang saya dapat, telah menunjukkan bahwa selama 50
tahun produktivitas dalam greenhouse dengan kontrol iklim mikro didalamnya
telah meningkat 6,4% per tahun. Pada kenyataannya, 60 tahun yang lalu petani
tomat di greenhouse yang terbaik adalah
mencapai 20 kg/M2/tahun, dan sekarang yang terbaik petani dapat panen 80 kg/M2/tahun.
Mencapai seperti produktivitas
sebesar itu untuk di tanah sangat sulit sekali, dengan demikian usaha yang diperlukan untuk greenhouse organik
hidroponik, akan terus memerlukan peningkatan produksi jika produsen organik akan tetap
dalam bisnis sayuran dan buah organik.
Kontrol lingkungan pertanian
adalah sumber paling menguntungkan untuk pertanian yang intensif, dan dapat memungkinkan
pencapaian produktivitas setinggi mungkin. Meningkatkan kondisi lingkungan akar
adalah bagian penting dari ketersediaan tanaman dengan lingkungan yang optimal,
dan keseimbangan antara kelembaban, suhu, aerasi dan ketersediaan nutrisi
didalam tanah bukanlah media yang mudah
untuk memberikan tanaman dengan kombinasi yang ideal. Ketika kandungan ideal,
aerasi cenderung tidak memadai, dan ketika aerasi sangat ideal kemudian
kelembaban cenderung menjadi faktor pembatas. Untuk alasan ini kebanyakan petani,
produsen tanaman di greenhouse cenderung ke arah menggunakan media (seperti rockwool, arang sekam, cocopeat, coir,
dan gambut) yang memiliki lebih keseimbangan lingkungan akar,
Pertumbuhan tanaman di
greenhouse dengan media tanah seringkali menimbulkan masalah besar, tidak hanya
dalam hal kelembaban, dan aerasi, tetapi juga dalam hal gizi. Sebagai contoh,
untuk tanaman sayuran buah (tomat, ketimun dan melon), petani harus memerlukan jumlah cukup besar nitrogen, fosfor
dan kalium jika mereka ingin tanaman menjadi produktif. Jumlah ini jauh
melebihi tingkat maksimum nutrisi yang dapat diterapkan sesuai standar di
beberapa negara yaitu, P: 170 kg/ha/tahun dan P: 200 kg/ha/tahun.
Ini seharusnya memiliki
implikasi serius untuk jangka panjang bagi kelangsungan industri pertanian greenhouse berbasis tanah organik. Pilihan
sederhana yang lebih baik adalah menerima pengurangan yang signifikan dalam
produktivitas. Pengendalian hama penyakit di tanah dapat menjadi masalah lain
dengan produksi tanaman organik di greenhouse, di mana rotasi tanaman pilihan
sangat terbatas. Sebagian besar penyakit yang bekaitan dengan tanah dapat
dikendalikan oleh ketahanan benih terhadapa penyakit dan sampai saat ini,
kontrol nematoda yang digunakan adalah uap sterilise tanah. Tindakan ini
(ternyata) diterima untuk produksi organik, meskipun tampaknya benar-benar
melawan prinsip-prinsip organik, sebab hampir semua mikro organisme semuanya
tewas.
Jadi, salah satu solusi yang
mungkin adalah dengan menggunakan hidroponik, untuk memastikan bahwa tanaman
menerima nutrisi yang memadai, dikombinasikan dengan sistem re-circulating. Ini
akan mudah untuk dapat dicapai peningkatan produksi, bahkan di bawah peraturan
IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements) sekarang,
dengan menggunakan hanya dari nutrien alam (non-kimiawi), seperti rumput laut,
ikan, pupuk kandang, dll, untuk menyediakan nutrisi dari tanaman.
Pada akhirnya, pilihan yang
sampai saat ini bisa diterapkan adalah sistem aquaponic, di mana limbah dari
ikan diubah oleh bakteri dalam bio-filter menjadi nutrisi larut dalam tanaman,
yang kemudian diberikan kepada akar tanaman dalam sistem re-circulating.
Aquaponic terbaik dapat
didefinisikan sebagai kombinasi dari akuakultur dan hidroponik. Di aquaponic
ikan dan tanaman diproduksi dalam satu sistem terpadu, di mana limbah ikan
menyediakan sumber makanan untuk tanaman dan tanaman menyediakan alami dalam
air di mana ikan hidup. Faktor kunci adalah bio-filter, antara ikan-ikan dan
tanaman. Ini terdiri dari bakteri yang mengkonversi limbah ikan ke dalam larut
nutrisi bagi akar tanaman. Konversi kunci adalah amonia (beracun untuk ikan),
di mana nitrit dikonversi ke nitrat. Aquaponic mungkin adalah yang paling dapat
diterapkan untuk organik hidroponik keberlanjutan.
Dalam pandangan saya faktor
kunci untuk masa depan pertanian harus keberlanjutan. Sistem berbasis tanah
organik di greenhouse, pada kenyataannya tidak berkelanjutan, sedangkan sistem organik
hidroponik lebih berkelanjutan.
Sunday, June 3, 2012
Hydroponic Tomat di Greenhouse
Memaksimalkan hasil dari tanaman tomat
hidroponik telah lama menjadi tujuan utama bagi petani komersial. Adanya pertumbuhan konsumen, yang berselera tinggi, praktis petani dituntut untuk
menghasilkan tomat berkualitas tinggi dengan citra rasa yang
khas.
Tomat, dalam
pertanian hidroponik
menghasilkan produksi terbesar pada skala dunia, walaupun sangat kompleks dalam
fisiologi dan teknik manajemen pertumbuhannya, karena dari mulai pertumbuhan
vegetatif, berbunga dan berbuah
semua harus tetap dipelihara secara bersamaan pada tanaman.
Sementara produk dan keragaman dalam budidaya tomat sistem hidroponik komersial telah menjadi salah satu cara dari petani untuk
memaksimalkan keuntungan dari tomat hidroponik dalam greenhouse, sistem ini lebih memerlukan tingkat ketarampilan yang lebih besar dan pemahaman tentang tanaman dan produksinya. Dengan perkembangan yang cepat dan akurat,
perumusan nutrisi
hidroponik dan pemantauan kebutuhan analisis kandungan gizi dari hasil tanamana, bisa cepat tersedia untuk petani, hal ini dimaskudkan untuk menjaga pemborosan
pupuk seminim mungkin.
Pasar untuk buah tomat segar akan terus berkembang, sehingga penting bagi petani untuk mengikuti perkembangan baru, penelitian dan uji coba varietas yang berbeda dan teknik dalam sistem hidroponik yang sesuai dengan tujuan hasil produksi mereka sendiri.
Seringkali, salah satu aspek yang paling
membingungkan dari hidroponik produksi tomat adalah memilih varietas yang baik
untuk tumbuh dan sesuai dengan pasar. Tomat
adalah tanaman yang telah menjadi subyek dari pemuliaan tanaman yang luas, dan
seleksi panjang atas periode waktu dan keragaman genetik jenis tomat, untuk memilih dari varietas tomat tampaknya
tak ada habisnya. Banyak varietas telah dipilih dan disilangkan dari berbagai
banyak generasi untuk menciptakan tanaman berbagai jenis, sistem tumbuh, lingkungan
dan jenis buah. Juga, pemulia tanaman
terus membawa varietas baru, hibrida yang ditingkatkan untuk produksi khusus
hidroponik di Greenhouse. Menjalankan
uji pada varietas baru setiap musim adalah salah satu cara petani komersial agar
dapat memilih mana varietas yang dapat mingkatkan produksinya.
Produksi dan Kualitas Flavor
Ada banyak linformasi dari seluruh dunia
yang menyatakan bahwa konsumen sering kecewa dengan rasa tomat segar, Hal ini
mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa varietas modern belum dibiakkan khusus untuk
rasa, atau karena mereka tumbuh secara intensif dengan penekanan pada hasil,
visual yang baik dengan kualitas dan umur simpan yang lama. Hal ini sangat
disayangkan karena tanaman tomat dapat dimanipulasi oleh program kandungan gizi
untuk meningkatkan kualitas buah.
Seleksi varietas yang berbeda juga
memainkan peran utama ketika mencari untuk meningkatkan rasa buah. Sejumlah
faktor dapat mempengaruhi rasa buah tomat, antaralain: genetik tanaman, tingkat
pencahayaan, suhu, stres air, salinitas, komposisi nutrisi hidroponik dan luas
daun (yang dipengaruhi oleh sistem hidroponik yang digunakan). Banyak variabel-variabel ini dapat dimanipulasi oleh petani
untuk meningkatkan rasa buah tomat buah.
Kekurangan cahaya
dapat menghasilkan gula yang rendah dan kandungan bahan kering yang kurang,
sehingga membatasi produksi fotosintat. Para peneliti telah menemukan
bahwa larutan padatan varietas tomat dapat meningkat secara signifikan di bawah
16-jam, dibandingkan dengan 12-jam dalam
hari, tapi itu keasaman buah tidak terpengaruh. Sedangkan Pengaruh musim terkait dengan perubahan di antara
cahaya dan suhu, yang memiliki pengaruh besar pada kualitas buah. Baik suhu dan warna
cahaya mempengaruhi buah tomat.Cahaya adalah faktor utama yang
menentukan tingkat fotosintesis tanaman, dengan jumlah gula dan bahan kering tersedia
ke buah. Suhu yang tinggi didalam greenhouse juga
sering dikaitkan dengan rendahnya kualitas buah
dan
serta gangguan pematangan.
Salah satu cara termudah untuk meningkatkan
rasa tomat terletak dalam zona akar. Bagaimana
petani mengelola input air dan pupuk adalah memiliki efek yang besar pada hasil
dan kualitas buah yang dihasilkan. Cara
termudah meningkatkan konstituen rasa buah tomat adalah untuk meningkatkan EC
darim larutan nutrisi
Produksi tomat hidroponik melibatkan
sejumlah kompleks interaksi antara tanaman genetika, lingkungan, dan
pengelolaan tanaman, yang masing-masing memainkan peran dalam hasil buah dan
penentuan kualitas. Namun, buah tomat memberikan banyak kesempatan bagi petani
- baik besar
dan
kecil - untuk memanipulasi baik pertumbuhan tanaman dan kualitas rasa dari buah
dengan penggunaan nutrisi, dan seleksi varietas. Dengan
informasi yang tepat dan percobaan, buah tomat dengan rasa luar biasa dan hasil
yang tinggi dapat dicapai dari berbagai produksi yang berbeda.
Subscribe to:
Posts (Atom)